Dongeng Jepang tidak hanya diperuntukan bagi anak-anak, tetapi juga dewasa. Sebab cerita rakyat di Jepang memiliki banyak peran, misalnya sebagai media pembelajaran, komunikasi budaya, dan sebagainya. Jika dilihat dari isi dan bentuknya, ada tiga kelompok dari cerita rakyat ini, yaitu:
- Mukashibanashi
Ciri khas dari dongeng Jepang ini adalah di bagian pembuka terdapat kata “mukashi” atau “mukashi, mukashi”. Adapun kalimat pembukanya adalah “attasona” atau “atta to sa” yang artinya “konon” atau “kabarnya menurut orang zaman dulu”. Sedangkan untuk di bagian akhir cerita ditutup dengan “Dotto harai”, “Shiawase ni kurashimashita”, atau “Anraku ni kurashimashita” yang artinya “tamat” atau “akhirnya bahagia selamanya”. Ciri-ciri lainnya adalah:
- Ceritanya bersifat fiktif atau khayalan.
- Tidak berkaitan dengan kejadian suatu peristiwa atau tragedi seseorang.
- Jika dituangkan dalam bentuk tulisan atau lisan, menggunakan keterangan waktu lampau dan pilihan kata-kata digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
- Densetsu
Densetsu sama dengan legenda suatu peristiwa, tokoh atau sosok, atau asal usul tempat, bangunan, dan sebuah lokasi. Oleh sebab itu, semua yang diceritakan adalah fakta. Orang-orang Jepang sangat percaya terhadap hal-hal yang ada dalam densetsu sehingga menguatkan mereka terhadap kepercayaannya. Cara penyampaian dongeng Jepang ini dari mulut ke mulut dan sampai sekarang masih dilestarikan ke anak-anak.
- Sekembanashi
Bisa dibilang sekembanashi cenderung seperti gosip. Sebab ceritanya berdasarkan kisah nyata dari kejadian sehari-hari tentang tokoh terkenal, sebuah keluarga, atau suatu tempat tinggal. Biasanya dijadikan bahan obrolan ringan di masyarakat. Seseorang yang menceritakan pun bisa sebagai subjek sehingga tema ceritanya bisa bermacam-macam, seperti cerita seram, pengalaman lucu, kejadian aneh, dan sebagainya.
Sumber :